ARIF RESI

Selamat Datang di Blog Arif Resi

"sebuah harapan...
dengan cara sederhana"

Rabu, 23 Maret 2011

HENOCH-SCHÖNLEIN PURPURA

HENOCH-SCHÖNLEIN PURPURA

oleh Forkom Perawat pada 22 Maret 2011 jam 20:35
http://www.facebook.com/notifications.php#!/notes/forkom-perawat/tinjauan-pustaka-henoch-sch%C3%B6nlein-purpura/10150168109137803

DEFINISI
Adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh vaskulitis pembuluh darah kecil sistemik yang ditandai dengan lesi spesifik berupa purpura nontrombositopenik, artritis atau atralgia, nyeri abdomen atau perdarahan gastrointestinalis, dan kadang – kadang nefritis atau hematuria. Nama lain penyakit ini adalah purpura anafilaktoid, purpura alergik dan vaskulitis alergik.

EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini terutama terdapat pada anak umur 2 – 15 tahun (usia anak sekolah) dengan puncaknya pada umur 4 – 7 tahun. Terdapat lebih banyak pada anak laki – laki dibanding anak perempuan (1,5 : 1).

ETIOLOGI
Sampai sekarang penyebab penyakit ini belum diketahui. Diduga beberapa faktor memegang peranan, antara lain faktor genetik, infeksi traktus respiratorius bagian atas, makanan, gigitan serangga, paparan terhadap dingin, imunisasi ( vaksin varisela, rubella, rubeolla, hepatitis A dan B, paratifoid A dan B, tifoid, kolera) dan obat – obatan (ampisillin, eritromisin, kina, penisilin, quinidin, quinin).

Infeksi bisa berasal dari bakteri (spesies Haemophilus, Mycoplasma, Parainfluenzae, Legionella, Yersinia, Shigella dan Salmonella) ataupun virus (adenovirus, varisela, parvovirus, virus EpsteinBarr). Vaskulitis juga dapat berkembang setelah terapi antireumatik, termasuk penggunan metotreksat dan agen anti TNF (Tumor Necrosis Factor).

Namun, IgA jelas mempunyai peranan penting, ditandai dengan peningkatan konsentrasi IgA serum, kompleks imun dan deposit IgA di dinding pembuluh darah dan mesangium renal. HSP adalah suatu kelainan yang hampir selalu terkait dengan kelainan pada IgA1 daripada IgA2.

Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan HSP antara lain:
Infeksi :- Mononukleosis - Infeksi Streptokokus grup A - Sirosis karena Hepatitis-C - Infeksi parvovirus B19 - Infeksi Yersinia – Hepatitis - Infeksi Mikoplasma - Virus Epstein-Barr - Infeksi viral Varizella-zoster • Vaksin :- Tifoid - Campak - Makanan - Gigitan serangga - Paparan terhadap dingin - Infeksi Shigella - Infeksi Salmonella - Enteritis Campylobacter - Kolera - Demam kuning
Alergen - Obat (ampisillin, eritromisin, penisilin, kuinidin, kuinin)
Penyakit idiopatik : Glomerulocystic kidney disease

PATOFISIOLOGI
Dari biopsi lesi pada kulit atau ginjal, diketahui adanya deposit kompleks imun yang mengandung IgA. Diketahui pula adanya aktivasi komplemen jalur alternatif. Deposit kompleks imun dan aktivasi komplemen mengakibatkan aktivasi mediator inflamasi termasuk prostaglandin vaskular seperti prostasiklin, sehingga terjadi inflamasi pada pembuluh darah kecil di kulit, ginjal, sendi dan abdomen dan terjadi purpura di kulit, nefritis, artritis dan perdarahan gastrointestinalis.

Beberapa faktor imunologis juga diduga berperan dalam patogenesis PHS, seperti perubahan produksi interleukin dan faktor pertumbuhan yang berperan dalam mediator inflamasi. TNF, IL-1 dan IL-6 bisa memediasi proses inflamasi pada HSP. Meningkatnya kadar faktor pertumbuhan hepatosit selama fase akut HSP dapat menunjukkan adanya kemungkinan kerusakan atau disfungsi sel endotel. Meningkatnya faktor pertumbuhan endotel vaskuler dapat setidaknya menginduksi sebagian perubahan ini.

Sitokin dianggap terlibat dalam patogenesis HSP, dan endotelin (ET), yang merupakan hormon vasokonstriktor yang diproduksi oleh sel endotelial, juga dianggap turut berperan. Kadar ET-1 jauh lebih besar pada fase akut penyakit ini dibanding pada fase remisi. Namun tingginya kadar ET-1 tidak memiliki hubungan dengan tingkat morbiditas, keparahan penyakit, atau respon reaktan fase akut.

MANIFESTASI KLINIS HSP
biasanya muncul dengan trias berupa ruam purpura pada ekstremitas bawah, nyeri abdomen atau kelainan ginjal dan artritis. Namun trias tidak selalu ada, sehingga seringkali mengarahkan kepada diagnosis yang tidak tepat.

Gejala klinis mula – mula berupa ruam makula eritomatosa pada kulit ekstremitas bawah yang simetris yang berlanjut menjadi palpable purpura tanpa adanya trombositopenia.

Ruam awalnya terbatas pada kulit maleolus tapi biasanya kemudian akan meluas ke permukaan dorsal kaki, bokong dan lengan bagian luar. Dalam 12 – 24 jam makula akan berubah menjadi lesi purpura yang berwarna merah gelap dan memiliki diameter 0,5 – 2 cm. Lesi dapat menyatu menjadi plak yang lebih besar yang menyerupai echimosis yang kemudian dapat mengalami ulserasi.

Purpura terutama terdapat pada kulit yang sering terkena tekanan (pressure-bearing surfaces). Kelainan kulit ini ditemukan pada 100% kasus dan merupakan 50% keluhan penderita pada waktu berobat.

Kelainan kulit dapat pula ditemukan pada wajah dan tubuh. Kelainan pada kulit dapat disertai rasa gatal. Pada bentuk yang tidak klasik, kelainan kulit yang ada dapat berupa vesikel hingga menyerupai eritema multiform. Kelainan akut pada kulit ini dapat berlangsung beberapa minggu dan menghilang, tetapi dapat pula rekuren.

Edema skrotum juga dapat terjadi dan gejalanya mirip dengan torsio testis. Gejala prodromal dapat terdiri dari demam dengan suhu tidak lebih dari 38°C, nyeri kepala dan anoreksia.

Pada anak berumur kurang dari 2 tahun, gambaran klinis disa didominasi oelh edema kulit kepala, periorbital, tangan dan kaki. Gambaran ini disebut AHEI (Acute Hemorrhagic Edema of Infancy).
Selain purpura, ditemukan pula gejala artralgia dan artritis yang cenderung bersifat migran dan mengenai sendi besar ekstremitas bawah seperti lutut dan pergelangan kaki, namun dapat pula mengenai pergelangan tangan, siku dan persendian di jari tangan.

Kelainan ini timbul lebih dulu (1 – 2 hari) dari kelainan kulit. Sendi yang terkena dapat menjadi bengkak, nyeri dan sakit bila digerakkan, biasanya tanpa efusi, kemerahan ataupun panas. Kelainan teutama periartrikular dan bersifat sementara, dapat pula rekuren pada masa penyakit aktif tetapi tidak menimbulkan deformitas menetap.

Pada penyakit ini dapat ditemukan adanya gangguan abdominal berupa nyeri abdomen atau perdarahan gastrointestinalis.

Keluhan abdomen biasanya timbul setelah timbul kelainan pada kulit (1 – 4 minggu setelah onset).

Organ yang paling sering terlibat adalah duodenum dan usus halus. Nyeri abdomen dapat berupa kolik abdomen yang berat, lokasi di periumbilikal dan disertai mual, muntah, bahkan muntah darah dan kadang – kadang terdapat perforasi usus dan intususepsi ileoileal lebih sering terjadi dibanding ileokolonal.

Intususepsi atau perforasi disebabkan oleh vaskulitis dinding usus yang menyebabkan edema dan perdarahan submukosa dan intramural. Kadang dapat juga terjadi infark usus yang disertai perforasi maupun tidak. Selain itu dapat juga ditemukan kelainan ginjal, meliputi hematuria, proteinuria (<2g/d), sindrom nefrotik (proteinuria >40mg/m2/jam) atau nefritis. Penyakit pada ginjal juga biasanya muncul 1 bulan setelah onset ruam kulit.

Adanya kelainan kulit yang persisten sampai 2 – 3 bulan, biasanya berhubungan dengan nefropati atau penyakit ginjal yang berat. Resiko nefritis meningkat pada usia di atas 7 tahun, lesi purpura persisten, keluhan abdomen yang berat dana penurunan aktivitas faktor XIII. Gangguan ginjal biasanya ringan, meskipun beberapa ada yang menjadi kronik.

Seringkali derajat keparahan nefritis tidak berhubungan dengan parahnya gejala HSP yang lain. Pada pasien HSP dapat timbul adanya oedem. Oedem ini tidak bergantung pada derajat proteinuria namun lebih pada derajat vaskulitis yang terjadi. Namun oedem tersebut memang dihubungkan dengan kejadian proteinuria pada pasien.

Kadang – kadang HSP dapat disertai dengan gejala – gejala gangguan sistem saraf pusat, terutama sakit kepala. Pada HSP dapat ditemukan adanya vaskulitis serebral. Pada beberapa kasus langka, HSP diduga dapat menyebabkan gangguan serius seperti kejang, paresis atau koma.

Gejala – gejala gangguan neurologis lain yang dapat muncul antara lain perubahan tingkat kesadaran, apatis, somnolen, hiperaktivitas, iritabilitas, ketidakstabilan emosi, kejang (parsial, parsial kompleks, umum, status epileptikus), dan defisit neurologis fokal (afasia, ataxia, korea, hemiparesis, paraparesis, kuadraparesis. Dapat juga terjadi poliradikuloneuropati (sindroma Guillain-Barré) dan mononeuropati (nervus fasialis, femoralis, ulnaris).

Hati dan kandung empedu juga bisa terlibat dengan gejala hepatomegali, hidrops kandung empedu, kolesistitis. Semua ini bisa menyebabkan keluhan nyeri abdomen pada pasien. Apendisitis akut juga pernah dilaporkan terjadi pada pasien HSP.

Gejala - gejala lain yang pernah dilaporkan tetapi jarang terjadi antara lain vaskulitis miokardia, vaskulitis paru yang menyebabkan perdarahan paru bilateral, ureteritis stenosis, oedem penis, orkitis, priapisme, perdarahan intrakranial, hematoma subperiosteal orbital bilateral, hematoma adrenal dan pankreatitis akut.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan laboratorium tidak terlihat adanya kelainan spesifik. Jumlah trombosit normal atau meningkat, membedakan purpura yang disebabkan oleh trombositopenia. Dapat terjadi leukositosis moderat dan anemia normokromik, biasanya berhubungan dengan perdarahan gastrointestinal. Biasanya juga terdapat eosinofilia. Laju endap darah dapat meningkat maupun normal. Kadar komplemen seperti C1q, C3 dan C4 dapat normal maupun menurun. Pemeriksaan kadar IgA dalam darah mungkin meningkat, demikian pula limfosit yang mengandung IgA.

Analisis urin dapat menunjukkan hematuria, proteinuria maupun penurunan kreatinin klirens menandakan mulai adanya kerusakan ginjal atau karena dehidrasi, demikian pula pada feses dapat ditemukan darah.

Pemeriksaan ANA dan RF biasanya negatif, faktor VII dan XIII dapat menurun.

Biopsi lesi kulit menunjukkan adanya vaskulitis leukositoklastik.

Imunofluorosensi menunjukkan adanya deposit IgA dan komplemen pada dinding pembuluh darah.

Pada pemeriksaan radiologi dapat ditemukan penurunan motilitas usus yang ditandai dengan pelebaran lumen usus ataupun intususepsi melalui pemeriksaan barium.

Terkadang pemeriksaan barium juga dapat mengkoreksi intususepsi tersebut.

DIAGNOSIS
Diagnosis lebih banyak ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang spesifik daripada dengan bantuan pemeriksaan penunjang. Gejala yang dapat mengarahkan kepada diagnosis HSP yaitu ruam purpurik pada kulit terutama di bokong dan ekstremitas bagian bawah dengan satu atau lebih gejala berikut: nyeri abdomen atau perdarahan gastrointestinalis, artralgia atau artritis, dan hematuria atau nefritis.

Kriteria Definisi Purpura non trombositopenia (palpable Lesi kulit hemoragik yang dapat diraba, purpura) terdapat elevasi kulit, tidak berhubungan dengan trombositopenia Usia onset ≤ 20 tahun Onset gejala pertama ≤ 20 tahun Gejala abdominal / gangguan saluran Nyeri abdominal difus, memberat cerna (Bowel angina) Granulosit dinding pada biopsi setelah makan atau diagnosis iskemia usus, biasanya termasuk BAB berdarah Perubahan histologi menunjukkan granulosit pada dinding arteriol atau venula

Untuk kepentingan klasifikasi, pasien dikatakan mempunyai HSP bila memenuhi setidaknya 2 dari kriteria yang ada. Tabel diambil dari Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak 2007. Diferensial diagnosis dari HSP berdasarkan gejala yang dapat timbul antara lain akut abdomen, meningitis akibat meningokokus, SLE, endokarditis bakterial, ITP, demam reumatik, Rocky mountain spotted fever, reaksi alergi obat – obatan, nefropati IgA, artritis reumatoid.

PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan definitif pada penderita HSP. Pengobatan adalah suportif dan simtomatis, meliputi pemeliharaan hidrasi, nutrisi, keseimbangan elektrolit dan mengatasi nyeri dengan analgesik.

Untuk keluhan artritis ringan dan demam dapat digunakan OAINS seperti ibuprofen.

Dosis ibuprofen yang dapat diberikan adalah 10mg/kgBB/6 jam.

Edema dapat diatasi dengan elevasi tungkai. Selama ada keluhan muntah dan nyeri perut, diet diberikan dalam bentuk makanan lunak. Penggunaan asam asetil salisilat harus dihindarkan, karena dapat menyebabkan gangguan fungsi trombosit yaitu petekie dan perdarahan saluran cerna. Bila ada gejala abdomen akut, dilakukan operasi. Bila terdapat kelainan ginjal progresif dapat diberi kortikosteroid yang dikombinasi dengan imunosupresan. Metilprednisolon IV dapat mencegah perburukan penyakit ginjal bila diberikan secara dini.

Dosis yang dapat digunakan adalah metilprednisolon 250 – 750 mg/hr IV selama 3 – 7 hari dikombinasi dengan siklofosfamid 100 – 200 mg/hr untuk fase akut HSP yang berat. Dilanjutkan dengan pemberian kortikosteroid (prednison 100 – 200 mg oral) selang sehari dan siklofosfamid 100 – 200 mg/hr selama 30 – 75 hari sebelum akhirnya siklofosfamid dihentikan langsung dan tappering-off steroid hingga 6 bulan.

Terapi prednison dapat diberikan dengan dosis 1 – 2 mg/kgBB/hr secara oral, terbagi dalam 3 – 4 dosis selama 5 – 7 hari. Kortikosteroid diberikan dalam keadaan penyakit dengan gejala sangat berat, artritis, manifestasi vaskulitis pada SSP, paru dan testis, nyeri abdomen berat, perdarahan saluran cerna, edema dan sindrom nefrotik persisten. Pemberian dini pada fase akut dapat mencegah perdarahan, obstruksi, intususepsi dan perforasi saluran cerna.

PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis adalah baik, dapat sembuh secara spontan dalam beberapa hari atau minggu (biasanya dalam 4 minggu setelah onset). Rekurensi dapat terjadi pada 50% kasus. Pada beberapa kasus terjadi nefritis kronik, bahkan sampai menderita gagal ginjal. Bila manifestasi awalnya berupa kelainan ginjal yang berat, maka perlu dilakukan pemantauan fungsi ginjal setiap 6 bulan hingga 2 tahun pasca sakit.

Penyulit yang dapat terjadi antara lain perdarahan saluran cerna, obstruksi, intususepsi, perforasi, gagal ginjal akut dan gangguan neurologi. Penyulit pada saluran cerna, ginjal dan neurologi pada fase akut dapat menimbulkan kematian, walaupun hal ini jarang terjadi.

Prognosis buruk ditandai dengan penyakit ginjal dalam 3 minggu setelah onset, eksaserbasi yang dikaitkan dengan nefropati, penurunan aktivitas faktor XIII, hipertensi, adanya gagal ginjal dan pada biopsi ginjal ditemukan badan kresens pada glomeruli, infiltrasi makrofag dan penyakit tubulointerstisial.

DAFTAR PUSTAKA
1. Matondang CS, Roma J. Purpura Henoch-Schonlein. Dalam: Akip AAP, Munazir Z, Kurniati N, penyunting. Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak. Edisi ke-2. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2007;373-7. 2. Bossart P. Henoch-Schönlein Purpura. eMedicine, 2005. Diakses dari www.emdecine.com/emerg/topic845.htm Diakses tanggal 2 Juni 2009. 3. Scheinfeld NS. Henoch-Schönlein Purpura. eMedicine, 2008. Diakses dari www.emedicine.medscape.com/article/984105-overview Diakses tanggal 2 Juni 2009. 4. D’Alessandro DM. Is It Really Henoch-Schönlein Purpura. Pediatric Education, 2009. Diakses dari http://www.pediatriceducation.org/2009/02/ Diakses tanggal 2 Juni 2009 5. Kraft DM, McKee D, Scott C. Henoch-Schönlein Purpura: A Review. American Family Physician, 1998. Diakses dari http://www.aafp.org/afp/980800ap/kraft.html Diakses tanggal 2 Juni 2009

Kamis, 17 Maret 2011

Penilaian Kinerja Perawat

PENILAIAN KINERJA PERAWAT

Oleh : Jason Wongso

Salah satu upaya penjagaan komitmen perawat terhadap kinerja adalah melakukan evaluasi dan penilaian terhadap kinerja perawat. Walaupun bagi perawat yang sudah PNS ada penilaian dengan DP3 yang dikenal dengan PDLT, tapi penilaian itu dirasa terlalu general. Maka agar penilaian kinerja perawat dapat lebih optimal, kami mengembangkan penilaian dengan buku raport layaknya sekolah.
Dalam buku raport perawat yang dinilai setiap satu semester itu, ada beberapa indikator yang dijadikan alat ukur yaitu :
  1. Motivasi : Memiliki minat untuk melanjutkan pendidikan formal minimal S1 Keperawatan; Datang aktif dalam kegiatan kegiatan ilmiah; Wajah cerah, senyum dan bersahabat;  Berjalan tegak, cepat dan pandangan ke depan
  2. Keterlibatan : Menjadi panitia kegiatan perawatan; Menjadi panitia kegiatan tingkat rumah sakit; Menjadi team yang ada di perawatan
  3. Tanggung jawab : Kesalahan identifikasi pasien; Kesalahan pemberian obat; Kejadian pasien jatuh;  Risiko Infeksi Nosokomial
  4. Disiplin :  Apel pagi; Jam datang; Jam pulang;  Baju seragam
  5. Kompetensi : Diagnosa Perawatan; Standar Operating Procedur; Rencana Kerja;
  6. Loyalitas : Program rotasi;  Program bidang; Program ruang; Hubungan dengan atasan
  7. Tidak Tercela : Terlibat kasus etik; Complain pasien; Konflik dengan teman
  8. Manajemen : Melakukan orientasi perawat baru, perawat magang dan mahasiswa; Membuat program pengembangan staff; Melakukan penilaian kinerja; Melakukan manajemen tenaga; Rapat koordinasi; Morning meeting; Ronde keperawatan
Ke delapan poin alat ukur, dinilai setiap bulan dan kemudian direkap setiap satu semester. Khusus pin manajemen, hanya diberlakukan untuk menilai Kepala Ruang dan Supervisor.
Penilaian dilakukan berjenjang, yaitu Perawat Pelaksana dan Ketua Team dinilai oleh Kepala Ruang, Kepala Ruang dan Supervisor dinilai oleh Kasie/Kabid.
Dengan penilaian seperti ini, diharapkan obyektifitas penilaian terhadap staf perawatan yang dilakukan oleh Manajemen Perawatan, menjadi lebih obyektif dan mengurangi like and dislike dalam setiap moment yang ada di perawatan semisal pemilihan ketua team, pemilihan kepala ruang atau supervisor.

Remunerasi Perawat

REMUNERASI PERAWAT

Oleh: Jason

Penerapan BLU atau BLUD bagi rumah sakit di Indonesia, berefek pada remunerasi bagi pegawai di institusi tersebut, tidak terkecuali perawat sebagai sebuah profesi yang mandiri dan mesti selayaknya juga dihargai. Sehingga pemahaman tentang remunerasi juga mestinya dikuasai oleh perawat, minimal di tingkat bidang perawatan atau komite perawatan.
Ketika tidak ada perawat yang mau intens memikirkan masalah ini, maka lagi lagi, profesi perawat hanya akan dijadikan sebagai pelengkap penderita dalam urusan remunerasi.
Prinsip prinsip universal dalam remunerasi, juga mestinya ditujukan untuk profesi yang 24 jam mendampingi pasien ini. Semacam keadilan, keterbukaan, tanggung jawab, beban kerja dll, menjadi pertimbangan pokok dalam pembagian jasa pelayanan.
Disamping itu, prinsip jasa langsung dan jasa tidak langsung musti juga diakomodasi, agar kinerja perawat bisa diukur dan dihargai seoptimal mungkin.
Di bawah ini, beberapa panduan atau simulasi yang dapat digunakan untuk menghitung remunerasi bagi perawat. Masing masing kategori menggunakan nilai/poin/indek, untuk membedakan dari masing masing kategori itu :
  1. Golongan dan Kepangkatan. Dikategorikan dengan Gol 2a, 2b, 2c dst sampai 4d. Masing masing golongan memiliki nilai sendiri sendiri, misalnya : 2a = 7 index, 2b = 8 indek, 2c = 9 indek dst. Bagi rumah sakit swasta yang tidak memiliki golongan kepangkatan, bisa diasosiasikan dengan golongan yang berlaku di rumah sakit tersebut.
  2. Masa Kerja. Masa kerja bisa dihitung dari 0-3 bulan, 3-1 tahun, 1-2 tahun, 2-3 tahun dst. Masing masing juga dengan indek berbeda. Misal 0-3 bulan = 0,0 indek, 3-1 tahun = 0,5 indek, 1-2 tahun =  1 indek, 2-3 tahun = 1,5 indek dst.
  3. Volume Kerja. Volume kerja dihitung berdasar absensi harian. Misal selama satu bulan cuti 12 hari = 4 indek, cuti 8 hari = 5 indek, cuti 4 hari = 6 indek, tidak cuti = 6 indek.
  4. Pendidikan. Pendidikan dikategorikan dari SPK, D1, D3, D4, S1, S1 Profesi, S2 Profesi dst. Misal : SPK = 1 indek, D1 = 1,5 indek, D3 = 2,5 indek, D4 = 3 indek, S1 = 5 indek, S1 Profesi 6 indek dst.
  5. Volume Tanggung Jawab. Volume Tanggung jawab bisa dikategorikan menjadi Supervisor, Kepala Ruang, PN/Ka Team, Perawat Pelaksana, Perawat pelaksana VIP, Perawat Pelaksana Unit Khusus (ICU, IGD) dll. Masing masing juga sama dengan indek yang berbeda.
  6. Tunjangan Jabatan. Tunjangan Jabatan bisa dikategorikan dari Supervisor, Kepala Ruang, Wakil Kepala Ruang, PN/Ketau Team.
  7. Tunjangan Fungsional. Tunjangan Fungsional dapat dikategorikan menjadi perawat shift, perawat non shift dan perawat administrasi.
Dengan pedoman ini, masing masing perawat dilihat dan dihitung jumlah indek yang dimiliki, kemudian dikalikan dengan harga indek pada bulan itu.
Sebagai contoh : Perawat Nurul, seorang Kepala Ruang ICU dengan masa kerja 10 tahun, Gol 3A, Pendidikan S1. Maka bisa dihitung jumlah indeknya. Bila jumlah indeknya 40, dan harga indek pada bulan itu adalah Rp.75.000,- maka jasa pelayanan yang diterima oleh perawat Nurul adalah 40 x Rp.75.000 = Rp. 3.000.000,-. Inipun masih ditambah dengan Indek langsung, yang didapat dari kinerja ruang yang ditempati perawat Nurul.

Bagaimana cara penghitungan harga indek/poin dan jasa langsung dalam pembagian jasa pelayanan bagi perawat?
Bila kebijakan rumah sakit telah memberikan porsi tersendiri bagi komunitas perawat dalam jasa pelayanan, maka penghitungan indek akan cukup mudah dan transparan, karena porsi yang diberikan oleh manajemen rumah sakit sudah jelas.
Sebagai simulasi begini.
Pada bulan Januari 2010, dari seluruh jasa pelayanan yang dihasilkan rumah sakit untuk dibagikan kepada seluruh karyawan sebesar 2 milyar. Dan berdasarkan kebijakan, umpamanya profesi perawat mendapatkan 33% dari 2 milyar. Maka uang yang dibagikan untuk seluruh perawat sebesar Rp. 666.000.000,-
Dari Rp.666.000.000,- dibagi menjadi dua, yaitu untuk Jasa Langsung dan Jasa Tidak Langsung. Prosentase Jasa Langsung dan Jasa Tidak Langsung disepakati bersama di komunitas perawat, apakah 20%:80% atau 30%:70% disesuaikan dengan selera masing masing.
Taruhlah kita ambil 30% untuk Jasa Langsung dan 70% untuk Jasa Tidak Langsung. Penghitungan indek/poin digunakan untuk membagi Jasa Tidak Langsung. Sehingga yang dibagi dengan indek/poin sebesar Rp.666.000.000 x 70% = Rp.466.200.000,-
Setelah didapatkan angka itu, langkah berikutnya adalah menghitung jumlah indek seluruh perawat di rumah sakit. Pada tulisan sebelumnya dicontohkan perawat Nurul memiliki indek sebanyak 40. Perawat lain ungkin ada yang 30, 35, 42, 38 dst. Seluruhnya di hitung, sehingga didapatkan jumah kumulatif seluruh indek perawat. Contoh saja, kalau rata rata indek adalah 40 dan di rumah sakit kita ada 400 perawat, berarti ada 40 x 400 = 16000 indek.
Nah untuk menghitung harga indek adalah dengan cara uang yang dibagi untuk Indek Tidak Langsung di bagi dengan total indek. Kalau menggunakan contoh di atas, berarti Rp. 466.200.000,- : 16.000 = Rp. 29.137,5,- Artinya satu indek harganya Rp. 29.137,5,-
Kalau diilustrasikan kepada perawat Nurul yang memiliki indek 40, maka tinggal dikalikan dengan harga indek. Sehingga didapatkan 40 x Rp.29.137,5 = Rp. 1.165.500,- Berarti dalam bulan Januari, perawat Nurul mendapatkan Jasa Pelayanan dari Jasa Tidak Langsung sebesar Rp.1.165.500,-
Masing masing perawat tentu berbeda, tergantung dari jumlah indek/poin yang dimiliki oleh perawat tersebut.
Lalu bagaimana menghitung Jasa Langsung?
Jasa Langsung didapatkan dari seberapa besar kinerja perawat dalam satu ruang. Bagi ruangan yang memiliki pendapatan per bulan dari tindakan perawatan tinggi, tentu Jasa Langsungnya akan lebih tinggi. Walaupun mungkin pada akhirnya prinsip kebersamaan musti dikedepankan.
Sebagai ilustrasi begini. Di ruang A, dari laporan bulan Januari menghasilkan pendapatan tindakan perawatan sebesar 25 juta. Ruang B sebesar 30 juta. Ruang C sebesar 28 juta dst. Dengan cara menghitung prosentase kontribusi terhadap pendapatan perawat, maka masing masing ruang bisa dihitung berapa besar kontribusi yang diberikan.
Contoh pendapatan seluruh tindakan perawatan adalah 200 juta. Maka ruang A yang memberikan kontribusi 25 juta berarti berkontribusi sebesar 12,5%. Ruang B yang menghasilkan 30 juta berarti berkontribusi sebesar 16% dst.
Di atas sudah diilustrasikan, bahwa jumlah Jasa Langsung adalah 30% x Rp.666.000.000 = Rp. 199.800.000 atau sama dengan Rp.666.000.000 – Rp.466.200.000 = Rp. 199.800.000,-
Ruang A yang berkontribusi sebesar 12,5%, maka Jasa Langsung yang diterima oleh ruang A berarti Rp.199.800.000 x 12,5% = Rp. 24.975.000. Nah bagaimana membagi ke masing masing perawat terhadap Jasa Langsung ini? Tentu diserahkan ke masing masing ruang. Apakah dengan cara menghitung seluruh aktifitas perawatan masing masing orang dalam satu bulan atau dibagi rata dalam satu ruang itu.
Bila dibagi rata dalam satu ruang, maka seumpama di Ruang A jumlah perawatnya 20 orang, maka Rp.24.975.000 : 20 = Rp.1.248.750,- Sehingga masing masing perawat mendapat Rp. 1.248.750,- dari Jasa Langsung.
Sehingga, seandainya perawat Nrul adalah seorang perawat di Ruang A, maka dalam bulan Januari, di mendapatkan Jasa Perawatan sebesar Rp.1.165.500,- (jasa tidak langsung) ditambah Rp. 1.248.750,- (Jasa Langsung) sehingga seluruhnya dia mendapatkan Jasa Perawatan sebesar Rp.2.414.250,-.

Rabu, 16 Maret 2011

Kebutuhan Tenaga Perawat

PENGHITUNGAN KEBUTUHAN  TENAGA PERAWAT


Penghitungan tenaga keperawatan, banyak metode yang bisa digunakan. Tapi pada prinsipnya adalah mencakup beberapa hal diantaranya :
  1. Derajat ketergantungan pasien
  2. Efektifitas kerja perawat
  3. Kualifikasi tenaga perawat
  4. Presentasi jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan
Untuk mempermudah penghitungan, di bawah ini ditampilkan tabel kebutuhan tenaga perawat tiap shift.


Klik link di bawah ini

http://www.fkep.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/01/perhitungan-ketenagaan.xls

Standar Diagnosa Keperawatan

Standardize Nursing Diagnosis Language

Oleh : Irman Somantri

Saat Janji Kepaniteraan bagi mahasiswa Fakultas Keperawatan angkatan XX, Dekan Fkep Unpad (H. Mamat Lukman, SKM. S.Kp. MSi) menyatakan bahwa : untuk meningkatkan salah satu aspek profesionalisme keperawatan adalah dengan adanya dan penggunaan standar keperawatan yang baku. Saat ini calon perawat dan perawat senior masih merasa ragu dalam menentukan diagnosa keperawata, dikarenakan penggunaan standar yang masih minim. dalam sambutannya pun beliau mengatakan “ke depan mahasiswa keperawatan sebaiknya menyiapkan di dalam kantongnya berupa buku standar diagnosa keperawatan, bukan hanya alat-alat pemeriksaan fisik saja”.

Di bawah ini merupakan standar diagnosa keperawatan berdasar “Nursing Diagnosis and 11 Gordon’s Functional Health Patterns”
Gordon’s Functional Health Patterns is a method develops By Marjorie Gordon in 1987 proposed functional health patterns as a guide for establishing a comprehensive nursing data base. By using these categories it’s possible to create a systematic and standardized approach to data collection, and enable the nurse to determine the following aspects of health and human function:

11 Gordon’s Functional Health Patterns
  1. Health Perception Health Management Pattern
  2. Nutritional Metabolic Pattern
  3. Elimination Pattern
  4. Activity Exercise Pattern
  5. Sleep Rest Pattern
  6. Cognitive-Perceptual Pattern
  7. Self-Perception-Self-Concept Pattern
  8. Role-Relationship Pattern
  9. Sexuality-Reproductive
  10. Coping-Stress Tolerance Pattern
  11. Value-Belief Pattern

Health Perception and Health Management. It’s focused on the person’s perceived level of health and well-being, and on practices for maintaining health. Also evaluated Habits including smoking and alcohol or drug use.
  • Contamination
  • Disturbed energy field
  • Effective therapeutic regimen management
  • Health-seeking behaviors (specify)
  • Ineffective community therapeutic regimen management
  • Ineffective family therapeutic regimen management
  • Ineffective health maintenance
  • Ineffective protection
  • Ineffective therapeutic regimen management
  • Noncompliance (ineffective Adherence)
  • Readiness for enhanced immunization status
  • Readiness for enhanced therapeutic regimen management
  • Risk for contamination
  • Risk for infection
  • Risk for injury
  • Risk for perioperative positioning injury
  • Risk for poisoning
  • Risk for sudden infant death syndrome
  • Risk for suffocation
  • Risk for trauma
  • Risk-prone health behavior
Nutritional Metabolic Pattern it’s focused on the pattern of food and fluid consumption relative to metabolic need. Is evaluated the adequacy of local nutrient supplies.  Actual or potential problems related to fluid balance, tissue integrity, and host defenses may be identified as well as problems with the gastrointestinal system.
  • Adult failure to thrive
  • Deficient fluid volume: [isotonic]
  • [Deficient fluid volume: hyper/hypotonic]
  • Effective breastfeeding [Learning Need]
  • Excess fluid volume
  • Hyperthermia
  • Hypothermia
  • Imbalanced nutrition: more than body requirements
  • Imbalanced nutrition: less than body requirements
  • Imbalanced nutrition: risk for more than body requirements
  • Impaired dentition
  • Impaired oral mucous membrane
  • Impaired skin integrity
  • Impaired swallowing
  • Impaired tissue integrity
  • Ineffective breastfeeding
  • Ineffective infant feeding pattern
  • Ineffective thermoregulation
  • Interrupted breastfeeding
  • Latex allergy response
  • Nausea
  • Readiness for enhanced fluid balance
  • Readiness for enhanced nutrition
  • Risk for aspiration
  • Risk for deficient fluid volume
  • Risk for imbalanced fluid volume
  • Risk for imbalanced body temperature
  • Risk for impaired liver function
  • Risk for impaired skin integrity
  • Risk for latex allergy response
  • Risk for unstable blood glucose
Elimination Pattern. It’s focused on excretory patterns (bowel, bladder, skin).
  • Bowel incontinence
  • Constipation
  • Diarrhea
  • Functional urinary incontinence
  • Impaired urinary elimination
  • Overflow urinary incontinence
  • Perceived constipation
  • Readiness for enhanced urinary elimination,
  • Reflex urinary incontinence
  • Risk for constipation
  • Risk for urge urinary incontinence
  • Stress urinary incontinence
  • Total urinary incontinence
  • Urge urinary incontinence
  • [acute/chronic] Urinary retention
Activity and Exercise Pattern. It’s focused on the activities of daily living requiring energy expenditure, including self-care activities, exercise, and leisure activities.
  • Activity intolerance
  • Autonomic dysreflexia
  • Decreased cardiac output
  • Decreased intracranial adaptive capacity
  • Deficient diversonal activity
  • Delayed growth and development
  • Delayed surgical recovery
  • Disorganized infant behavior
  • Dysfunctional ventilatory weaning response
  • Fatigue
  • Impaired spontaneous ventilation
  • Impaired bed mobility
  • Impaired gas exchange
  • Impaired home maintenance
  • Impaired physical mobility
  • Impaired transfer ability
  • Impaired walking
  • Impaired wheelchair mobility
  • Ineffective airway clearance
  • Ineffective breathing pattern
  • Ineffective tissue perfusion
  • Readiness for enhanced organized infant behavior
  • Readiness for enhanced self care
  • Risk for delayed development
  • Risk for disorganized infant behavior
  • Risk for disproportionate growth
  • Risk for activity intolerance
  • Risk for autonomic dysreflexia
  • Risk for disuse syndrome
  • Sedentary lifestyle
  • Self-care deficit
  • Wandering
Cognitive-Perceptual Pattern. It’s focused on the ability to comprehend and use information and on the sensory functions. Neurologic functions, Sensory experiences such as pain and altered sensory input.
  • Acute confusion
  • Acute pain
  • Chronic confusion
  • Chronic pain
  • Decisional conflict
  • Deficient knowledge
  • Disturbed sensory perception
  • Disturbed thought processes
  • Impaired environmental interpretation syndrome
  • Impaired memory
  • Readiness for enhanced comfort
  • Readiness for enhanced decision making
  • Readiness for enhanced knowledge
  • Risk for acute confusion
  • Unilateral neglect
Sleep Rest Pattern. It’s focused on the person’s sleep, rest, and relaxation practices. To identified dysfunctional sleep patterns, fatigue, and responses to sleep deprivation. 
  • Insomnia
  • Readiness for enhanced sleep
  • Sleep deprivation
Self-Perception-Self-Concept Pattern its focused on the person’s attitudes toward self, including identity, body image, and sense of self-worth. 
  • Anxiety
  • disturbed Body image
  • Chronic low self-esteem
  • Death anxiety
  • Disturbed personal identity
  • Fear
  • Hopelessness
  • Powerlessness
  • Readiness for enhanced hope
  • Readiness for enhanced power
  • Readiness for enhanced self-concept
  • Risk for compromised human dignity
  • Risk for loneliness
  • Risk for powerlessness
  • Risk for situational low self-esteem
  • Risk for [/actual] other-directed violence
  • Risk for [actual/] self-directed violence
  • Situational low self-esteem
Role-Relationship Pattern. It’s focused on the person’s roles in the world and relationships with others. Evaluated Satisfaction with roles, role strain, or dysfunctional relationships.
  • Caregiver role strain
  • Chronic sorrow
  • Complicated grieving
  • Dysfunctional family processes: alcoholism (substance abuse)
  • Grieving
  • Impaired social interaction
  • Impaired verbal communication
  • Ineffective role performance
  • Interrupted family processes
  • Parental role conflict
  • Readiness for enhanced communication
  • Readiness for enhanced family processes
  • Readiness for enhanced parenting
  • Relocation stress syndrome
  • Risk for caregiver role strain
  • Risk for complicated grieving
  • Risk for impaired parent/infant/child attachment
  • Risk for relocation stress syndrome
  • Social isolation
Sexuality and Reproduction. It’s focused on the person’s satisfaction or dissatisfaction with sexuality patterns and reproductive functions.
  • Ineffective sexuality patterns
  • Rape-trauma syndrome
  • Sexual dysfunction
Coping-Stress Tolerance Pattern. its focused on the person’s perception of stress and coping strategies Support systems, evaluated symptoms of stress, effectiveness of a person’s coping strategies.
  • Compromised family coping
  • Defensive coping
  • Disabled family coping
  • Impaired adjustment
  • Ineffective community coping
  • Ineffective coping
  • Ineffective denial
  • Post-trauma syndrome
  • Readiness for enhanced community coping
  • Readiness for enhanced coping
  • Readiness for enhanced family coping
  • Risk for self-mutilation
  • Risk for suicide
  • Risk for post-trauma syndrome
  • Self-mutilation
  • Stress overload
Value-Belief Pattern it’s focused on the person’s values and beliefs.
  • Impaired religiosity
  • Moral distress
  • Readiness for enhanced religiosity
  • Readiness for enhanced spiritual well-being
  • Risk for impaired religiosity
  • Risk for spiritual distress
  • Spiritual distress
Sumber dari :
http://www.lifenurses.com/nursing-diagnosis-and-11-gordons-functional-health-patterns/
http://www.fkep.unpad.ac.id/2011/03/standardize-nursing-diagnosis-language/


Perawatan Luka

Manajemen Perawatan Luka Modern

I. Pendahuluan
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness.
Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka. Dalam hal ini, perawat dituntut untuk memahami produk-produk tersebut dengan baik sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Pada dasarnya, pemilihan produk yang tepat harus berdasarkan pertimbangan biaya (cost), kenyamanan (comfort), keamanan (safety). Secara umum, perawatan luka yang berkembang pada saat ini lebih ditekankan pada intervensi yang melihat sisi klien dari berbagai dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis, ekonomi, dan sosial.

Selasa, 15 Maret 2011

Cara Mengganti Foto Profil Facebook




  1. Buka  Facebook
  1. Masuk ke Profil facebook
  1. Sorot atau arahkan kursor mouse ke pojok kanan atas foto profil. Nanti akan keluar opsi Ganti Gambar. (Lihat Gambar di bawah ini : )


  1. Klik opsi Ganti Gambar, nanti akan muncul beberapa opsi lain seperti : Unggah Gambar, Ambil Foto, Pilih Dari Album, Sunting Miniatur, dan Hapus Gambar Anda. (Lihat Gambar di bawah ini : )


Fungsi semua opsi tersebut :
  • Unggah Gambar : Digunakan jika anda ingin mengganti foto profil secara langsung dengan menyiapkan foto terlebih dahulu di PC anda.
  • Ambil Foto : Digunakan jika anda ingin mengganti foto profil secara langsung menggunakan kamera di PC anda.
  • Pilih Dari Album : Digunakan jika anda telah membuat album foto sebelumnya
  • Sunting Miniatur : Digunakan untuk mengatur foto anda dalam bentuk mini/kecil.
  • Hapus Gambar Anda : Digunakan untuk menghapus foto profil yang sudah terpasang.
Nah, sekarang tinggal pilih saja salah satu opsi diatas, selanjutnya terserah... 
Tinggal klik OK/Simpan aja..

Senin, 14 Maret 2011

Virtual Box : Sistem di dalam sistem

Virtual Box : Linux didalam Window

Virtual Box - Virtual Machine 3
Kalau kita ingin mencicipi OS terbaru misalkan Linux atau ingin mencoba compatibilitas program yang kita buat di berbagai OS (Linux dan Windows) secara bersamaan ternyata ada cara mudah yakni dengan menggunakan Virtual Box. Dengan software ini kita bisa menjalankan OS di dalam OS. Maksudnya adalah kalau kita punya OS Windows XP (Host) maka di virtual Box kita bisa menginstal OS lain (guest) seperti Linux (kernel 2.6) ataupun Windows Vista, misalnya. Virtual Box ini mirip dengan VMware, software virtual machine.

Ukuran software ini reltif kecil yaitu 16.863Kb untuk versi 1.5. Software ini berlicensi GNU. Jadi, kita bisa mendownloadnya secara gratis. Disarankan untuk OS Hostnya memiliki memory relatif besar. Karena nanti akan dishare dengan OS guestnya. Misal kita punya 512Mb dan untuk memori OS Host kita beri 256Mb maka memory (real) yang tersisa di OS host 256Mb.Tertarik?
Berikut saya berikan langkah-langkah menggunakannya untuk OS host Windows XP dengan OS guest PCLinuxOS 2007.
1. Download Virtual Box di sini (klik kanan save as). Tentukan OS Host yang kamu pakai apakah linux atau windows. Karena installernya beda.
2. Install Virtual Box. Caranya sama dengan menginstal software pada umumnya.
3. Buat Virtual Disk untuk Hardisk OS guest kita. pilih File > Virtual Disk Manager. Didalam Virtual Disk manager pilih New. Untuk OS guest PCLinux2007 saya memilih ukuran fix 3Gb.
4. Setelah selesai membuat Virtual Disk sekarang buat OS Guestnya. Pilih New dan ikuti wizardnya. Untuk Virtual Disknya pakai Virtual disk yang telak kita buat.
5. Sekarang setting OS Guest kita tersebut. Yang terpenting adalah tentukan lokasi sumber OS guest kita. select OS guest trus pilih setting > CD/DVD rom > centang Mount CD/DVD-Rom. karen sumber PClinux saya berupa ISO. maka saya pilih ISO image file.
6. Jangan lupa setting boot order ke CD/DVD ROM. caranya Setting > General > klik tab Advance. Pilih boot order
7. Kembali ke menu utama. select OS guest kita dan klik start.
8. Sekarang kamu siap menginstal OS Guest di Virtual Disk. Langkah-langkahnya sama seperti cara instal OS di komputer pada umumnya. Kalau kamu lebih suka Knoppix maka tidak perlu di install.


Virtual Box - Virtual Machine 3
Agar bisa sharing folder antara OS Host dengan OS Guest pada Virtual Box maka kita harus instal Guest Addition dulu.
caranya sebagai berikut (kamu dah harus instal OS Guest di Virtual Disk)
1. Ganti boot order di Virtual Box ke Disk virtual. klik setting > genereal > pilih tab advance > boot order.
2. Masih dalam setting menu, pilih CD/DVD Rom > centang Mount CD/DVD drive > ISO image file dan browse ke C:\Program Files\innotek VirtualBox\VBoxGuestAdditions.iso
3. Start OS Guest
4. Setelah masuk, buka Terminal dan ganti account ke Administrator dengan perintah SU
5. Ganti directory ke tempat CD ROM di mount
6. ketikkan perintah “sh ./VBoxLinuxAdditions.run” (tanpa tanda petik)
7. restart OS guest.
Untuk setting Folder agar bisa diakses oleh OS Guest
1. Pilih setting > Shared Folder > Add new folder. Browse folder di OS host yang ingin kamu share.
2. Sekarang masuk ke OS guest kamu.
3. Mount folder tadi ke Virtual disk kamu
caranya : ketikan di terminal “mount -t vboxsf [nama folder] [tujuan mount]
contoh: nama folder lagu, dan ingin dimount di /media/lagu
mount -t vboxsf lagu /media/lagu
4. Sekarang lihat isi folder /media/lagu
5. Jangan lupa aktifkan audio di Virtual Box nya jika ingin mendengarkan lagu lewat OS Guest. Pilih setting > audio > Windows Direct Sound.
Selamat kamu telah berhasil menginstal Virtual Box dan mengkonfigurasinya. Kalo ada yang ditanyakan silahkan isi di kolom komentar. Berikut beberapa screenshot dari OS Guest PCLinuxOS 2007

Vitual Box Virtual Box - Virtual Machine

Sabtu, 12 Maret 2011

Membuat PC Menjadi Router

Bagaimana Membuat Windows XP Sebagai Router

Router adalah sebuah alat jaringan komputer yang mengirimkan paket data melalui sebuah jaringan atau Internet menuju tujuannya, melalui sebuah proses yang dikenal sebagai routing. Router berfungsi sebagai penghubung antar dua atau lebih jaringan untuk meneruskan data dari satu jaringan ke jaringan lainnya. Suatu router bisa berupa sebuah device yang dirancang khusus untuk berfungsi sebagai router (dedicated router), atau bisa sebuah PC yang difungsikan sebagai router (PC Router). Manfaat yang didapat jika anda menggunakan PC Router adalah Anda tidak perlu membeli router tambahan sehingga dapat menghemat uang.

Dengan menggunakan komputer bersistem operasi Windows XP dan mengaktifkan IP FORWARDING, kita akan coba buat sebuah PC router sederhana. Sebagai contoh, ada 7 komputer dan 2 switch jaringan. kita akan membuat 2 jaringan yang dapat mengakses internet, salah satu komputer yang akan dijadikan router dilengkapi dengan 3 kartu jaringan dan salah satu dari kartu jaringan yang terhubung ke Modem untuk mengakses internet, sedangkan yang lainnya ke jaringan masing-masing.
konfigurasi kartu jaringan pada PC Router dengan informasi berikut. bagi yang belum mengetahui cara setting IP Address pada Windows XP, Klik disini.

XP Router (Windows XP Professional) :

Network Card A (terhubung ke jaringan A):
IP: 10.10.10.1
Netmask: 255.255.255.0
Gateway (GW): [biarkan kosong]

Network Card B (terhubung ke jaringan B):IP: 192.168.20.1
Netmask: 255.255.255.0
Gateway (GW): [biarkan kosong]

Network Card C (terhubung ke Internet melalui kabel / koneksi dsl)Informasi ini akan sangat tergantung pada layanan koneksi Internet yang Anda gunakan :
IP: 192.168.1.1
Netmask: 255.255.255.0
Gateway (GW): 192.168.1.1
Konfigurasikan semua komputer di jaringan A dengan informasi berikut :

Jaringan A :
IP: 10.10.10.2-254
Netmask: 255.255.255.0
Gateway (GW): 10.10.10.1
Konfigurasikan semua komputer di jaringan B dengan informasi berikut :

Jaringan B
IP: 192.168.20.2-254
Netmask: 255.255.255.0
Gateway: 192.168.20.1

Sekarang saatnya untuk mengkonfigurasi IP forwarding pada XP router :
1) Klik Start dan klik Run …, kemudian ketik regedit untuk menjalankan registry editor.
2) Registry Editor window akan muncul. cari kunci registri berikut di sisi kiri jendela:
HKEY_LOCAL_MACHINE\SYSTEM\CurrentControlSet\Services\Tcpip\Parameters
pada sisi kiri, klik kanan pada IPEnableRouter. klik kanan objek, dan klik Modify.
3) IPEnableRouter window akan muncul. isikan angka 1 pada Value data dan klik OK.
4) Tutup regisrty editor dan reboot komputer. Setelah reboot, semua komputer seharusnya dapat mengakses internet dan juga berbagi file / printer antara jaringan A dan B.
 
Sumber : http://www.home-network-help.com/


MENYULAP PC MENJADI ROUTER

Sebuah router dengan fungsi dedicated dijual dipasaran dengan hargamulai dari Rp. 500 ribu hingga lebih dari Rp2 juta. Harga tersebut relatif mahal bila dipakai di jaringan kecil dan menengah. Padahal fungsi router sendiri cukup penting dalam jaringan computer.
Sebenarnya sebuah personal komputer (PC) dapat dijadikan router. Tak perlu PC dengan spesifikasi yang tinggi, pc dengan spesifikasi rendahpun bisa dibuat dan dimanfaatkan, asal fungsi router di windows diaktifkan. Caranya adalah sebagai berikut:
1. klik [start]>[run...] kemudian ketik regedt32.exe pada kolom run.
2. Masukkanlah ke subkey: HKEY_LOCAL_MACHINE\CurrentControlSet\Services\Tcpip\Parameter.
3. Cari DWORD value dengan nama IPEnableRouter, kemudian klik Ganda DWORD value tersebut.
4. Klik radio Button[Decimal] dan isikan value datanya dengan nilai 1.
5. Klik [OK].
6. Tutup Registry Editor, restart PC dan routerpun telah dapat digunakan.

http://blog.dewahosting.com/menyulap-pc-menjadi-router/

Selasa, 08 Maret 2011

Cara Alami Menurunkan Tekanan Darah

CARA ALAMI MENURUNKAN TEKANAN DARAH
 

Jumlah orang yang menderita hipertensi semakin bertambah pada tingkat yang mengkhawatirkan dan penyebabnya adalah gaya hidup yang kita jalani dan jenis makanan yang kita makan. Diperkirakan saat ini satu dari tiga orang indonesia berusia di atas 18 tahun memiliki hipertensi. hipertensi adalah penyebab kematian nomor tiga di indonesia– setelah stroke dan tuberculosis– yakni mencapai sekitar 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di indonesia.

Hipertensi adalah pembunuh diam-diam (silent killer) karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini. ”kebanyakan orang merasa sehat dan energik, padahal dia menderita hipertensi,” kata menteri kesehatan ri, endang rahayu sedyaningsih ketika membuka the 4th scientific meeting on hypertension di jakarta (13/2/10).

Bila anda memiliki hipertensi, penting sekali bagi anda untuk selalu mengelolanya. Berikut adalah 7 solusi alami yang dapat membantu anda menurunkan tekanan darah anda:
 
1. Mengelola stres



stres adalah salah satu faktor yang berperan besar dalam tekanan darah tinggi. Menurunkan stres bermanfaaat menurunkan tekanan darah pada sebagian besar orang. Selain rekreasi, berolahraga teratur dapat membantu menurunkan stres dan menurunkan denyut jantung istirahat, yang penting untuk kesehatan jantung. Mendengarkan musik santai selama 20 sampai 30 menit sehari juga diketahui dapat memperlambat denyut jantung dan menurunkan tekanan darah.


2. Aromaterapi


kini mulai banyak tersedia di indonesia aneka produk aromaterapi yang bermanfaat menurunkan tekanan darah tinggi. Mengirup aroma minyak dari chamomile biru konon bermanfaat menenangkan pikiran. Efek relaksasi yang menenangkan juga dapat diperoleh dari pemijatan dengan campuran minyak lavender dan zaitun atau minyak bunga matahari dan chamomile biru.


3. Menyeimbangkan garam


kelebihan natrium meningkatkan tekanan darah. Anda sebaiknya mengurangi konsumsi garam hingga di bawah 6 gram per hari. Sebaliknya, naikkan porsi kalium dan magnesium. Keseimbangan garam menjaga tekanan darah anda pada tingkat yang sehat. Hal ini bisa dilakukan dengan memperbanyak buah, sayur dan biji-bijian. Pisang, melon, jeruk, kubis dan kembang kol dan sayuran segar lainnya adalah sumber magnesium. Kalium terdapat dalam kacang, padi, biji gandum, kedelai dan pisang.


4. Seledri


seledri dan minyak seledri membantu pelebaran otot-otot yang mengatur tekanan darah. Jus seledri yang dikombinasi wortel dan air adalah minuman bergizi yang enak dan bermanfaat.


5. Bawang putih


bawang putih yang kita gunakan sebagai bumbu masakan juga bermanfaat menurunkan kolesterol dan trigliserida dan meningkatkan sirkulasi darah. Pil bawang putih dapat menjadi solusi praktis untuk menjaga tekanan darah dan kolesterol anda. Dalam analisis-meta dari tujuh percobaan terkontrol acak suplemen bawang putih, tiga percobaan menunjukkan penurunan yang signifikan pada tekanan darah sistolik dan empat pada tekanan darah diastolik. Para peneliti menyimpulkan bahwa suplemen bawang putih bubuk berkhasiat klinis pada pasien dengan tekanan darah tinggi ringan.


6. Jintan hitam

 
jintan hitam (habbatussauda) selama ribuan tahun telah diakui sebagai tanaman berkhasiat luas dengan 100 lebih zat kimia aktif. “habbatussauda menyembuhkan setiap penyakit kecuali kematian,” sabda nabi muhammad. Penelitian pra-klinis telah menunjukkan manfaat jintan hitam dalam penurunan tekanan arteri setelah 15 hari penggunaan. Manfaat tersebut diduga berasal dari sifat antioksidan jintan hitam.

7. Minyak ikan


studi awal menunjukkan bahwa minyak ikan mempunyai efek sederhana pada tekanan darah tinggi. Suplemen minyak ikan mengandung dha (docohexaenoic acid) yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi.
 
 

Low Latent Inhibition = Jenius?

LOW LATENT INHIBITION = JENIUS?

Saat tubuh anda bertumbuh dan berkembang, pikiran belajar untuk mengenal dan menyaring berbagai macam objek dan informasi, proses ini disebut dengan Latent Inhibition ato disingkat dengan LI (Indonesia: Inhibisi Laten).

Dalam beberapa kasus, manusia mempunyai kepekaan berlebih terhadap berbagai kondisi lingkungan, seperti bunyi-bunyian, nomor seri telepon genggam di meja anda, atau merek dan tanggal produksi lampu di kamar anda. Kelainan ini disebut dengan Low Latent Inhibition atau LLI.

Tanda-tanda orang yang mengidap LLI:

1. Lebih peka terhadap informasi di sekitar anda:
Anda melihat lebih banyak, mendengar lebih banyak, lebih bau dan merasa lebih melalui kontak sentuhan. Tanpa upaya sadar, pikiran Anda memiliki sebuah asupan informasi yang lebih luas .Setelah menghadapi segala bentuk rangsangan (yang menarik bagi Anda), pikiran Anda secara otomatis mengeksplorasi komponen-komponennya. Jadi anda dapat mendapatkan informasi tentang sesuatu yang terlewatkan oleh orang normal.

2 .Dapat mengetahui kebohongan seseorang:
Anda biasanya mampu melihat kebohongan dan penipuan yang digunakan orang dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mampu belajar dengan cepat:
Ketika belajar, Anda dapat membuat perubahan seketika. Anda dapat mempraktekkan pelajaran yang baru saja anda serap, dan mampu membuat koneksi atau asosiasi antara 2 hal atau lebih yang biasanya pada orang normal, tampak seperti tidak berhubungan sama sekali. Mudah memahami penjelasan. Anda melihat informasi latar belakang non-verbal dan ini sering memberikan gambaran yang lebih komprehensif daripada apa yang diucapkan.

4. There is no talking voice in your head:
Anda berpikir secara jernih dengan pikiran sadar anda. Informasi tenggelam sepenuhnya dalam pikiran sadar anda tanpa pengaruh pikiran bawah sadar.





5. Sulit untuk mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran:
Karena pikiran anda sangat teliti dan mendetail tentang hal-hal yang dianggap sepele oleh orang lain, maka anda akan sulit untuk menjelaskannya secara verbal kepada orang lain.

6. Orang lain terlihat bodoh dan membosankan dengan penjelasannya:
Anda akan merasa sebal dan geregetan bila mendengarkan penjelasan orang normal karena dalam pikiran anda, orang tersebut menjelaskan tentang sesuatu yang anda anggap seharusnya sudah dijelaskan beberapa jam sebelumnya. Jadi ibarat, seseorang berbicara masih sampai di poin A, sedangkan pikiran anda sudah mencapai poin P (dalam alfabet).

7. Ilmu pengetahuan adalah sumber ketenangan:
Anda dapat menemukan ketenangan dan ketenteraman dalam mempelajari berbagai hal yang berbau sains.
Orang yang mengidap LLI beresiko mengalami keterbelakangan mental bila orang tersebut tidak memiliki IQ yang cukup untuk memproses segala informasi yang dia dapatkan dari lingkungan sekitarnya.





Sedangkan pengidap LLI yang memiliki IQ tinggi akan menjadi seseorang yang biasa kita sebut jenius.


Kecerdasan Manusia

KECERDASAN MANUSIA
 
Kecerdasan Linguistik
http://www.dinkes-sumbar.org/images/upload/Image/Mendidik%20Anak.jpg
Kemampuan menggunakan kata secara efektif, lisan maupun tertulis. Meliputi juga kemampuan memanipulasi tata bahasa atau struktur bahasa, bunyi bahasa makna sehingga pekaterhadap kata kalimat, susunan, huruf, dan mampu menyusunnya dengan baik dan indah.

Kecerdasan matematis-logis
Kemampuan menggunakan angka dengan baik, melakukan penalaran dengan benar, kepekaan pada pola dan hubungan antar hal, fungsi logis dan abstraksi lain. Proses yang digunakan dalam kecerdasan ini antara lain kategorisasi (pengelompokan sesuatu), klasifikasi (pemisahan), pengambilan kesimpulan, generalisasi, penghitungan, dan pengujian hipotesisi. Cocok buat kamu yang sika hitung-menghitung agak rumit dan senang denagn permainan angka.

Kecerdasan spasial
http://ahmadhanafi.files.wordpress.com/2009/04/bad-leadership-causes-failed-it.jpg
Kemampuan mempresepsikan dunia spasial-visual secara akurat, mentranformasikannya. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada warna, garis, bentuk, ruang, dan hubungan antar unsure itu, kemampuan membayangkan sesuatu, mempresentasi ken ide dengan cara visual, mengorientasikan diri secara tepat dalam matriks spasial. Kamu suka menyesatkan diri saat jalan-jalan, tapi kamu selalu menemukan jalan. Inilah kecerdasan kamu.

Kecerdasan kinestesis-jasmani
http://www.traceyfoster.com/gallery/Photos/Jogging.JPG
Kemampuan menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikahn ide atau perasaan, keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu, kelenturan kakuatan, akan berhubungkan hal yang berkaitan dengan sentuhan. Kalau kamu suka bikin pernak-penik, atau nsuka menghafalkan rumus fisika sambil senam, inilah kamu!

Kecerdasan musical
http://mercusuarku.files.wordpress.com/2008/07/girl_violin.jpg
Kemampuan menangani bentuk-bentuk musical denagn cara mempersikan, membedakan, mengubah, kepekaan pada nada, irama, melodi. Bisa dengan cepat menghafal lagu dan menggunakan musik untuk menghafal pelajaran, inilah anda!

Kecerdasan intrepersonal
http://akiragats.files.wordpress.com/2009/01/enhanc1.jpg
Kemampuan mempersepsikan dan membedakan suasana hati, maksud, motifasi, dan persaan orang lain. Kepekaan terhadap ekspresi wjah, reka, suara, kemampuan menanggapi secara efektif tanda-tanda tersebut dan mempengaruhi kelompok orag untuk melakukan tindakan tertaentu.nah, kalau ini bisa jadi tempat curhat yang baik.

Kecerdasan intrapersonal
http://z.about.com/d/homeworktips/1/5/F/4/-/-/thinking.jpg
Kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak beradasarkan pemahaman tersebut. Kepekaan tarhadap mjemahami diri sendiri, kesadaran atas suasana hati, kainginan, kemampuan berdisiplin diri, memahami, menghargai diri. Seperti seniman gitu..

Kecerdasan naturalis
http://www.morinagaplatinum.com/media/122982/morfoto-kidb-turtle.jpg
Keahlian mengenali dan mengategorikan spesies di lingungan sekitar kepekaan pada fenomena alam, kemampuan membedakan benda tak hidup.