ARIF RESI

Selamat Datang di Blog Arif Resi

"sebuah harapan...
dengan cara sederhana"

Sabtu, 20 Juli 2013

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN METODE PEER TEACHING PADA PASIEN TB-PARU TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TB-PARU DI PUSKESMAS BATEALIT



EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN METODE PEER TEACHING PADA PASIEN TB-PARU TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN
TB-PARU DI PUSKESMAS BATEALIT

Dwi Irawati, Sri Karyati, Ummi Kulsum

ABSTRAK

Latar Belakang: Tuberkulosis Paru (TB-Paru) sampai kini belum berhasil diberantas karena banyaknya pasien yang tidak berhasil disembuhkan dan pengobatan yang lama, terutama pasien TB-Paru dengan BTA Positif. Tujuan program pemberantasan hanya dapat dicapai dengan penerapan teknologi kesehatan yang didukung oleh peran serta aktif masyarakat. Penyuluhan terhadap tokoh masyarakat, kelompok penderita dan keluarga penderita TB-Paru agar mereka dapat memberikan pendidikan kesehatan (peer teaching) terhadap penderita untuk merubah perilaku penularan terhadap anggota keluarga yang lain

Tujuan: Diketahuinya efektifitas pendidikan kesehatan metode peer teaching pada pasien TB-Paru terhadap perilaku pencegahan penularan TB-Paru di Puskesmas Batealit Kabupaten Jepara.

Metode: menggunakan pra-post test dengan kelompok pembanding (pre-post test design with control group). Total sampling sebanyak 84 responden yang terbagi menjadi 42 penkes langsung dan 42 metode peer teaching. Analisis data menggunakan t test dependen.

Hasil Penelitian: Terdapat perbedaan rerata perilaku pencegahan penularan pada pasien TB-Paru sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan langsung oleh petugas kesehatan di Puskesmas Batealit nilai signifikansi 0,000 (p<0,05) dan nilai t sebesar -9,584 (thit>ttab). Terdapat perbedaan rerata perilaku pencegahan penularan pada pasien TB-Paru sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan metode peer teaching di Puskesmas Batealit dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05) dan nilai t sebesar -11,887 (thit>ttab).

Kesimpulan: Terdapat efektifitas pendidikan kesehatan langsung maupun metode peer teaching terhadap perilaku penularan pada pasien TB-Paru di Puskesmas Batealit Jepara.

Kata Kunci: Peer teaching, penularan, TB-Paru

Pustaka: 11 (2002-2011)



Pembahasan

Metode pendidikan kesehatan langsung oleh petugas kesehatan dalam hal ini dilakukan oleh peneliti dilakukan secara berkelompok dengan memperhatikan kedekatan geografis (cluster) dan dilakukan komunikasi dua arah dengan standar kerangka acuan berupa materi pendidikan kesehatan TB-Paru menjadikan diskusi berjalan menarik. Terdapat beberapa responden yang menanyakan tentang kondisi penyakitnya, keadaan lingkungan dan potensi penularan terhadap anggota keluarga yang lain. Beberapa responden juga bercerita tentang pengalaman yang didapat dari anggota keluarganya yang sudah sembuh dari TB-Paru.
Evaluasi hasil pendidikan kesehatan langsung oleh peneliti menunjukkan gambaran perilaku responden sesudah dilakukan pendidikan kesehatan oleh petugas kesehatan semuanya termasuk kategori perilaku positif sebanyak 42 responden (100%). Penyampaian yang menarik, penggunaan media yang optimal, proses diskusi yang hidup, umpan balik pertanyaan yang dikembalikan untuk dicarikan solusi bersama (problem solving) oleh responden sendiri memicu daya ingat untuk melaksanakan perilaku pencegahan penularan setelah penyuluhan berlangsung.
 
Metode pendidikan kesehatan peer teaching dilakukan oleh mantan penderita TB-Paru yang sudah sembuh setelah menjalani pengobatan. Kelebihan proses pembelajaran ini adalah terdapat interaksi dan tukar pengalaman antaara penderita aktif dengan mantan penderita yang sudah sembuh. Berbagi pendapat dan pengalaman berlangsung menarik karena pembelajaran bersifat andragogi dengan difasilitasi peneliti. Pada awalnya pemberi materi yang merupakan mantan penderita TB-Paru menceritakan bagaimana proses terjadinya penularan sehingga ia sakit, kemudian menceritakan proses pengambilan keputusan dalam melakukan pilihan pengobatan, pemberian motivasi oleh petugas kesehatan pada dirinya hingga menyelesaikan pengobatan selama 6 bulan termasuk perubahan perilaku menjadi lebih baik dan dinyatakan sembuh.
Akhir evaluasi proses jalannya diskusi berjalan menarik, terdapat beberapa responden yang ingin tahu lebih dalam tentang pengalaman yang dialami pemateri hingga kegiatan lebih terkesan informal. Penguasaan materi belum seperti yang diharapkan fasilitator, masih terdapat beberapa materi yang terlewatkan dan ditambahkan melalui selingan oleh fasilitator. Dari segi pengalaman pemateri baru pertama kali melakukan pembelajaran seperti ini jadi masih terkesan kaku dan kurang menguasai jalannya diskusi.  
Gambaran perilaku responden sesudah dilakukan pendidikan kesehatan metode peer teaching sebagian responden berperilaku positif sebanyak 38 responden (90,5%) sedangkan responden yang berperilaku negatif sebanyak 4 responden (9,5%). Masih terdapatnya responden yang berperilaku negatif dikarenakan kurang memahami proses terjadinya penularan akibat kurang berkesannya responden tersebut terhadap diskusi yang berlangsung. Menurut responden setelah hasil evaluasi ini dirangkum, ia mengatakan apa yang disampaikan pemateri kurang berkesan karena kurangnya wibawa pemateri bila dibandingkan petugas kesehatan.

Tidak ada komentar: