EFEKTIFITAS
PENDIDIKAN KESEHATAN METODE PEER TEACHING
PADA PASIEN TB-PARU TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN
TB-PARU
DI PUSKESMAS BATEALIT
Dwi Irawati, Sri Karyati, Ummi
Kulsum
ABSTRAK
Latar Belakang: Tuberkulosis Paru (TB-Paru) sampai kini belum berhasil
diberantas karena banyaknya pasien yang tidak berhasil disembuhkan dan
pengobatan yang lama, terutama pasien TB-Paru dengan BTA Positif. Tujuan
program pemberantasan hanya dapat dicapai dengan penerapan teknologi kesehatan
yang didukung oleh peran serta aktif masyarakat. Penyuluhan terhadap tokoh
masyarakat, kelompok penderita dan keluarga penderita TB-Paru agar mereka dapat
memberikan pendidikan kesehatan (peer teaching) terhadap penderita untuk
merubah perilaku penularan terhadap anggota keluarga yang lain
Tujuan: Diketahuinya efektifitas pendidikan kesehatan metode
peer teaching pada pasien TB-Paru terhadap perilaku pencegahan penularan TB-Paru di Puskesmas Batealit Kabupaten Jepara.
Metode: menggunakan pra-post test dengan kelompok pembanding (pre-post test design with control group).
Total sampling sebanyak 84 responden yang terbagi menjadi 42 penkes langsung
dan 42 metode peer teaching. Analisis data menggunakan t test dependen.
Hasil Penelitian: Terdapat
perbedaan rerata perilaku pencegahan penularan pada pasien TB-Paru sebelum dan
sesudah dilakukan pendidikan kesehatan langsung oleh petugas kesehatan di
Puskesmas Batealit nilai signifikansi 0,000 (p<0,05) dan nilai t sebesar
-9,584 (thit>ttab). Terdapat
perbedaan rerata perilaku pencegahan penularan pada pasien TB-Paru sebelum dan
sesudah dilakukan pendidikan kesehatan metode peer teaching di Puskesmas
Batealit dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05) dan nilai t sebesar
-11,887 (thit>ttab).
Kesimpulan: Terdapat
efektifitas pendidikan kesehatan langsung maupun metode peer teaching terhadap
perilaku penularan pada pasien TB-Paru di Puskesmas Batealit Jepara.
Kata Kunci: Peer teaching, penularan, TB-Paru
Pustaka: 11
(2002-2011)
Pembahasan
Metode
pendidikan kesehatan langsung oleh petugas kesehatan dalam hal ini dilakukan
oleh peneliti dilakukan secara berkelompok dengan memperhatikan kedekatan
geografis (cluster) dan dilakukan
komunikasi dua arah dengan standar kerangka acuan berupa materi pendidikan
kesehatan TB-Paru menjadikan diskusi berjalan menarik. Terdapat beberapa
responden yang menanyakan tentang kondisi penyakitnya, keadaan lingkungan dan
potensi penularan terhadap anggota keluarga yang lain. Beberapa responden juga
bercerita tentang pengalaman yang didapat dari anggota keluarganya yang sudah
sembuh dari TB-Paru.
Evaluasi hasil
pendidikan kesehatan langsung oleh peneliti menunjukkan gambaran perilaku responden sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan oleh petugas kesehatan semuanya termasuk kategori perilaku positif
sebanyak 42 responden (100%). Penyampaian yang menarik, penggunaan media yang optimal, proses diskusi
yang hidup, umpan balik pertanyaan yang dikembalikan untuk dicarikan solusi
bersama (problem solving) oleh
responden sendiri memicu daya ingat untuk melaksanakan perilaku pencegahan penularan
setelah penyuluhan berlangsung.
Metode
pendidikan kesehatan peer teaching dilakukan oleh mantan penderita TB-Paru yang
sudah sembuh setelah menjalani pengobatan. Kelebihan proses pembelajaran ini
adalah terdapat interaksi dan tukar pengalaman antaara penderita aktif dengan
mantan penderita yang sudah sembuh. Berbagi pendapat dan pengalaman berlangsung
menarik karena pembelajaran bersifat andragogi dengan difasilitasi peneliti.
Pada awalnya pemberi materi yang merupakan mantan penderita TB-Paru
menceritakan bagaimana proses terjadinya penularan sehingga ia sakit, kemudian
menceritakan proses pengambilan keputusan dalam melakukan pilihan pengobatan, pemberian
motivasi oleh petugas kesehatan pada dirinya hingga menyelesaikan pengobatan
selama 6 bulan termasuk perubahan perilaku menjadi lebih baik dan dinyatakan
sembuh.
Akhir evaluasi proses jalannya diskusi berjalan menarik,
terdapat beberapa responden yang ingin tahu lebih dalam tentang pengalaman yang
dialami pemateri hingga kegiatan lebih terkesan informal. Penguasaan materi
belum seperti yang diharapkan fasilitator, masih terdapat beberapa materi yang
terlewatkan dan ditambahkan melalui selingan oleh fasilitator. Dari segi
pengalaman pemateri baru pertama kali melakukan pembelajaran seperti ini jadi
masih terkesan kaku dan kurang menguasai jalannya diskusi.
Gambaran perilaku responden sesudah dilakukan pendidikan kesehatan metode peer teaching sebagian responden
berperilaku positif sebanyak 38 responden (90,5%) sedangkan responden yang
berperilaku negatif sebanyak 4 responden (9,5%). Masih terdapatnya responden
yang berperilaku negatif dikarenakan kurang memahami proses terjadinya
penularan akibat kurang berkesannya responden tersebut terhadap diskusi yang
berlangsung. Menurut responden setelah hasil evaluasi ini dirangkum, ia
mengatakan apa yang disampaikan pemateri kurang berkesan karena kurangnya
wibawa pemateri bila dibandingkan petugas kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar