PENGARUH
JOGGING TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS
(DM) DI PUSKESMAS BATEALIT KABUPATEN JEPARA TAHUN 2013
Ninik Sulistyo Rini, Sri Karyati,
Heny Siswanti
ABSTRAK
Latar Belakang: Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu
penyakit degeneratif dengan sifat kronis. Penatalaksanaan DM terdiri dari empat
pilar yaitu diet, aktifitas fisik, farmakologis dan penyuluhan. Secara fisiologis
seseorang yang melakukan aktifitas fisik akan mengalami pembakaran lemak dan
cadangan lemak sehingga ada upaya penarikan glukosa dari pembuluh darah ke
jaringan otot. Sehingga terjadi penurunan kadar gula darah.
Tujuan: Diketahuinya pengaruh jogging terhadap penurunan gula darah pada penderita DM di
Puskesmas Batealit Kabupaten Jepara
Metode: Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian pre-eksperimental dengan pendekatan observasional. Rancangan penelitian menggunakan pra-post test dalam satu
kelompok (one group pre-post test design). sampel sejumlah 31 responden.
Hasil: Sebelum
melakukan jogging kadar gula darah paling rendah 186 mg/dl, paling tinggi 344
mg/dl, dengan gula darah rerata 251,9 mg/dl. Sesudah melakukan jogging paling
rendah 89 mg/dl, paling tinggi 138 mg/dl, dengan gula darah rerata 106,55
mg/dl. Nilai signifikansi 0,000 (p<0,05) dan nilai t: 23,567 (t hit
> t tab).
Kesimpulan: Terdapat
pengaruh yang signifikan aktifitas jogging terhadap penurunan kadar gula darah
pada penderita DM di Puskesmas Batealit
Kata
Kunci: Jogging, gula darah, Diabetes Mellitus.
Pustaka: 17
(2002-2013)
PEMBAHASAN
Dalam keadaan
normal gula darah diatur sedemikian rupa oleh insulin yang diproduksi oleh sel
beta pankreas, sehingga kadarnya di dalam darah selalu dalam batas aman, baik
pada keadaan puasa maupun sesudah makan. Kadar gula darah dalam keadaan normal
selalu stabil sekitar 70-140 mg/dl. Pada keadaan DM tubuh relatif kekurangan
insulin sehingga pengaturan kadar gula darah menjadi tidak normal. Walaupun
kadar gula darah sudah tinggi, pemecahan lemak dan rotein menjadi glukosa
(gloconeogenesis) di hati tidak dapat dihambat karena insulin kurang/relatif
kurang sehigga kadar gula darah dapat semakin meningkat. Akibatnya terjadi
gejala-gejala khas DM seperti poliuria, polidipsi, lemas, berat badan menurun.
Kalau hal ini dibiarkan terjadi berlarut-larut
dapat berakibat terjadinya kegawatan DM, yaitu ketoasidosis diabetik
yang sering mengakibatkan kematian.
Pada awalnya resistensi insulin belum menyebabkan diabetes kllinis, sel beta
pankreas masih dapat mengompensasi sehingga terjadi hiperinsulinemia. Kadar
gula darah masih normal atau baru sedikit meningkat, kemudian setelah terjadi
kelelahan sel beta pankreas, baru terjadi DM klinis yang ditandai dengan adanya
peningkatan kadar gula darah sesudah makan dan peningkatan kadar gula darah
puasa.
Sebelum
melakukan jogging dalam penelitian ini, upaya pengelolaan DM untuk jangka
pendek yang dilakukan penderita DM di Puskesmas Batealit dengan difasilitasi
pemegang program terkait dalam jangka pendek adalah bertujuan untuk
menghilangkan keluhan/gejala DM dan mempertahankan rasa nyaman dan sehat.
Jangka panjang tujuannya untuk mencegah penyulit baik makroangioopati,
mikroangiopati maupun neuropati dengan tujuan akhir menurunkan angka kesakitan
DM.
Pengelolaan
yang sudah dilakukan selain farmakologis adalah perencanaan makan dan kegiatan
jasmani. Pada dasarnya perencanaan makan pada DM tidak berbeda dengan
perencanaan makan pada orang normal, yaitu untuk mendapatkan kepatuhan terhadap
pengaturan makan yang baik serta adanya pengetahuan mengenai bahan penukar yang
mudah didapatkan di lingkungan sehari-hari. Sedangkan kegiatan jasmani yang
sudah dilakukan berupa senam DM yang dilakukan rutin secara berkelompok di
Puskesmas Batealit atau pada penderita DM lansia dilakukan di Posyandu lansia
terdekat.
Latihan
jasmani berupa jogging yang dilakukan responden untuk menentukan intensitas latihan, terlebih dahulu
ditentukan denyut nadi maksimum (MHR= Maximum
Heart Rate) yaitu 220-umur, lalu ditentukan denyut nadi sasaran (THR= Target Heart Rate). THR adalah denyut
nadi yang harus dicapai pada saat seseorang melakukan olahraga (training zone) dan durasi pencapaian ini
diharapkan berlangsung selama minimal 15-20 menit agar memberikan hasil yang
diinginkan. Dengan
demikian bila penderita DM melakukan latihan jasmani intensitasnya tidak boleh
melebihi 60% denyut nadi pada training
zone (denyut nadi penderita DM tidak boleh melebihi 108x/menit pada saat
latihan jasmani). Berat
ringannya intensitas latihan ditentukan oleh tingkat kebugaran, umur, kondisi
fisik pada saat itu.
Latihan jogging berperan utama dalam pengaturan kadar
gula darah, produksi insulin umumnya tidak terganggu, masalah utama adalah
kurangnya respon reseptor insulin terhadap insulin sehingga insulin tidak dapat
masuk ke dalam sel-sel tubuh kecuali otak. Otot yang berkontraksi atau aktif
tidak memerlukan insulin untuk memasukkan glukosa ke dalam sel karena pada otot
yang aktif sensitifitas reseptor insulin meningkat. Oleh karena itu jogging
menyebabkan berkurangnya insulin eksogen, ini tidak berahan lama oleh karena itu dibutuhkan latihan
jasmani/jogging kontinu dan teratur.
Bagi
penderita DM yang penyakitnya ringan atau terkendali dengan baik tanpa
komplikasi tentu tidak begitu berbahaya untuk melakukan jogging, Namun bagi penderita
DM yang berat atau dengan komplikasi perlu pengawasan yang ketat untuk
menghindari hal-hal negatif yang tidak diinginkan. Evaluasi berkala sangat
diperlukan untuk melihat kemajuan latihan dan mengetahui manfaat jogging yang
telah dilakukan. Hasil yang baik dan memuaskan akan menambah motivasi penderita
DM untuk melakukan jogging.
Energi yang
dibutuhkan pada waktu jogging terutama berasal dari glukosa dan asam lemak
bebas, pada awal kegiatan jogging kedua bahan tersebut merupakan sumber yang
utama, namun pemakaian glukosa pada tahap ini lebih cepat. Energi pada awal
jogging berasal dari cadangan ATP-PC otot, setelah itu didapatkan dari cadangan
glikogen otot, selanjutnya barulah digunakan glukosa. Bila jogging berlangsung
terus maka energi diperoleh dari glukosa yang didapatkan dari pemecahan
simpanan glikogen hepar (glukogenolisis). Bila jogging berlangsung lebih dari
30 menit maka sumber energi utama adalah asam lemak bebas, berasal dari
lipolisis jaringan adiposa (glukosa sparing). Tersedianya glukosa dan asam
lemak bebas diatur oleh berbagai macam hormon terutama insulin, katekolamin,
kortisol, glukagon, dan growth
hormon. Perubahan pengaturan hormonal pada waktu jogging tergantung pada lama
dan beratnya jogging. Pada fase pemulihan post
exercise terjadi pengisian kembali cadangan glikogen otot dan hepar. Lama
pengisian bergantung kepada berat atau ringannya latihan yang dilakukan.
Pengaruh
jogging terhadap penurunan gula darah dalam penelitian ini diasumsikan ketika
penderita DM melakukan jogging terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar tubuh
oleh otot yang aktif, terjadi pula reaksi tubuh yang kompleks meliputi fungsi
sirkulasi, metabolisme, hormonal dan susunan saraf otonom. Manfaat jogging bagi
penderita DM antara lain meningkatkan penurunan gula darah, mencegah kegemukan,
mengurangi resiko komplikasi aterogenik, peningkatan tekanan darah, gangguan
lipid darah, hiperkoagulasi darah. Keadaan-keadaan tersebut mengurangi resiko
penyakit jantung koroner (PJK) dan meningkatkan kualitas hidup penderita DM
dengan meningkatnya kemampuan kerja dan memberikan keuntungan psikologis berupa
rasa nyaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar